Senin, 30 Agustus 2010

Cinta Tanah Air

Judul : Cinta Tanah Air
Oleh : Nur Sutan Iskandar



Cinta Tanah Air adalah novel karya Nur Sutan Iskandar. Novel ini pertama kali terbit tahun 1944. Jika dicermati, novel ini merupakan propaganda Jepang yang hampir tidak terlihat nilai sastranya. Berikut adalah ringkasan novel tersebut
Amiruddin, pemuda berumur 24 tahun datang dari Bandung ke Jakarta untuk melihat pasar malam. Dalam perjalanan ke pasar malam dalam trem ia berjumpa dengan seorang gadis manis yang sangat menarik hati Amiruddin. Lamunan Amiruddin tetap kepada wajah wanita itu selama perjalanan menuju pasar malam.
Lambat-lambat Amiruddin memasuki pintu gerbang pasar malam sambil membaca beberapa semboyan yang menarik. Di antaranya semboyan yang menyatakan keteguhan penjagaan tentara Dai Nippon di Pulau Jawa.Amiruddin masuk ke tempat hasil bumi dan hasil kerajinan anak negeri dalam pameran tersebut. Ia berjumpa dengan sahabat lamanya, Haryono. Di saat yang sama, tiba-tiba Amiruddin berjumpa dengan gadis yang dilamunkannya ketika kebetulan sama-sama membeli sapu tangan. Dalam pada itu Amiruddin berkenalan pula dengan teman akrab ayahnya bernama Suwondo.
Di Jakarta Amiruddin bermalam di penginapan Asia di Senen. Karena itu ia menyempatkan diri berkunjung ke rumah Suwondo.
Ketika Amiruddin berkemas hendak pulang ke Bandung dilihatnya sapu tangannya telah tertukar dengan nama Astiah, gadis manis yang selalu terbayang di matanya. Segera ia pergi ke Bungur mengembalikan sapu tangan itu. Suwondo dan istrinya telah memahami hubungan anaknya dengan Amiruddin.
Amiruddin telah tiba kembali di Bandung. Dengan gembira ia disambut adiknya. Bungkusan kiriman istri Suwondo diberikannya kepada ibunya. Ibu Amiruddin sangat gembira menerima kiriman dari sahabatnya itu. Amiruddin pun tak terkira senang hatinya karena ia juga mendapat sepucuk surat dari Astiah beserta sapu tangannya yang tertukar, tanda hubungan cinta kasih mereka telah terpadu.
Hubungan akrab antara keluarga Suwondo dengan keluarga Amiruddin pun terjalin baik setelah mereka berkunjung dan berjumpa dengan Nyi Zubaidah, ibu Amiruddin. Lebih-lebih lagi hubungan Amiruddin dengan Astiah.
Sementara itu suasana perang makin terasa. Amiruddin hampir tak ada kesempatari memikirkan kekasihnya. Pikirannya tercurah kepada mempertahankan tanah air. Amiruddin, Haryono, dan kawan-kawannya bermaksud menjadi pasukan pembela tanah air. Hanya karena desakan ibunya ia menyempatkan untuk memadu pertunangan dengan Astiah.
Meskipun Amiruddin hendak maju ke medan perang rupanya tidaklah menjadi penghalang cinta kasihnya terhadap Astiah, karena Astiah pun ingin juga berbuat demikian, maju ke medan perang berjuang sebagai juru rawat.
Beberapa hari sebelum mereka menuju medan perang, Amiruddin dan Astiah melangsungkan pernikahan dengan upacara sederhana tapi berkesan, Nyonya Suwondo dan Nyi Zubaidah merelakan keduanya berangkat ke medan perang setelah anak dan menantu ini berpamitan untuk melaksanakan bakti mereka atas Cinta Tanah Air.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Rosyid A | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review
Chrome Pointer