Rabu, 26 September 2012

Batik Gumelem Banjarnegara

Banjarnegara, Jawa Tengah adalah termasuk salah satu Kabupaten yang memiliki seni kerajinan itu dengan Desa Gumelem Kulon, Gumelem Wetan serta Desa Penarusan Wetan, Kecamatan Susukan sebagai sentranya.
 
Pagi itu matahari masih enggan untuk memancarkan cahayanya karena masih diselimuti awan tebal. Meski begitu sebagian besar masyarakat di Desa Gumelem tetap melakukan aktifitas sebagai-mana hari-hari biasa.
Dari kejauhan suara theng-theng-theng muncul dari balik rerimbunan pohon yang cukup indah seolah menyambut kedatangan kami. Suara bersahut-sahutan itu ternyata ditimbulkan dari aktifitas penduduk setempat yang sedang sibuk membuat peralatan pertanian (Pande besi).
Pada sudut pandang yang berbeda tampak pula puluhan ibu sedang asyik melakukan aktifitas sebagai pembatik. Suasana seperti itu seolah menggambarkan bahwa masyarakat Gumelem semuannya pekerja keras.
Beberapa pengrajin batik yang berhasil dimintai komentarnya mengatakan, batik tulis “Gumelem” sudah ada sejak sekitar tahun 1573, bersamaan dengan berdirinya tanah perdikan “Gumelem” di bawah pengaruh Kasunanan Surakarta waktu itu yang kemu-dian berubah menjadi daerah “Kademangan”.
 
Masa keemasan “Batik Gumelem” beberapa puluh tahun lalu pernah mengalami kemun-duran bersamaan dengan adanya perubahan status kedemangan. Melunturnya nilai-nilai sakral dalam kehidupan masyarakat sehari-hari juga menambah suramnya dunia batik di daerah yang dikenal pula dengan Dawet Ayunya itu.
Namun mulai tahun 2004, nama Gumelem menjadi sering disebut-sebut oleh banyak orang menyusul adanya Surat Edaran Bupati Banjarnegara tentang penggunaan “Batik Tulis Gumelem” bagi semua Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Kegembiraan para pengrajin nampaknya semakin sumringah saja setelah sebuah badan dunia (Unesco) mengakui keberadaan “Batik Indonesia”
Sejak itu pula “Batik Tulis Gumelem” mulai dikenal oleh banyak kalangan, tidak hanya di daerah Banjarnegara sendiri, tetapi mulai dikenal pula oleh daerah lain di wilayah eks Karesidenan Banyumas.
Dari Bagian Perekonomian Setda Kabupaten Banjarnegara menyebutkan, jumlah pengrajin batik di ketiga desa itu telah mencapai sekitar 233 orang dari jumlah semula yang hanya ting-gal sekitar 55 orang pada tahun 2003.
Bersamaan dengan itu, jumlah produksi batiknya juga terus meningkat seiring dengan membanjirnya jumlah pesanan yaitu mencapai 15.640/tahun. Adapun daerah pemasarannya disamping untuk memenuhi pesanan dari Banjarnegara sendiri, juga dipasarkan di daerah lain dalam wilayah Kare-sidenan Banyumas.
Ny. Sartinem (60 th), adalah salah satu dari beberapa pengrajin sekaligus juga pengusaha batik di Desa Gumelem Kulon yang hingga kini masih tetap setia menekuni bidang itu.
 
Di temui di tempat usahanya Ny. Sartinem tampak sedang asyik menorehkan canting berisi malam ke lembaran kain putih dengan motif klasik “Udan Liris”, “melestarikan budaya bangsa” katanya menjadi alasan paling pokok ibu dengan tiga orang anak itu melestarikan dan mengembangkan batik tulis “Gumelem”.
Menurut Ny. Sartinem, membatik bagi masyarakat Desa Gumelem khususnya kaum ibu merupakan kegiatan turun-temurun yang diwariskan oleh nenek moyangnya sejak tahun 1573 bersamaan dengan berdirinya daerah Kademangan. Ia sendiri sudah tercatat sebagai pembatik generasi ke-empat, dan semua anak kami bisa membatik, katanya.
Perjalanan kami lanjutkan dengan menemui pengusaha batik lainnya yaitu Sumirah (40 th) anak pertama dari Ny. Sartinem. Ditengah kesibukannya menyungging (memindahkan design) ke lembaran kain putih di atas meja kaca dengan motif “Pintu Retno” Mirah mengatakan, jika rutinitasnya itu sudah dilakoni sejak usia 8 tahun. Jadi sudah 32 tahun kami membantu orang tua membatik, katanya.
Ia sendiri mulai mengembangkan batik tulis secara mandiri baru sekitar 5 tahun dengan modal awal Rp 1 juta.
Seiring dengan perkembangan jaman, Mirah tidak hanya membuat batik tulis dengan motif klasik saja, motif dan warna kontemporer lainnya juga diproduksi untuk memenuhi selera konsumen, seperti motif Simbaran, Arum Kenanga, Giri Langen, Dunia Baru, Jagadan dan motif kontemporer lainnya.
Menyinggung tentang proses pembuatan kain batik, secara singkat Mirah menjelaskan bahwa membatik adalah menuliskan malam yang dicairkan di atas kompor pada kain yang sudah dipola sebelumnya dengan menggunakan canting.
Kain yang sudah selesai ditulis itu kemudian diberi warna dengan jalan dicelup. Proses pencelupan bisa berulang-ulang tergantung jumlah warna yang dikehendaki. Maka jangan kaget jika satu lembar kain batik waktu yang dibutuhkan bisa mencapai satu minggu, sedangkan untuk kain batik yang halus bisa mencapai setengah bulan. 
 
Dengan empat belas orang tenaga kerjanya, setiap bulan Mirah mampu memproduksi sekitar 100 sampai 120 lembar batik biasa. Sedangkan untuk batik-batik dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, setiap bulannya baru mampu memproduksi sebanyak lebih kurang 30 lembar. Harganyapun berfariasi mulai dari harga Rp 70 ribu sampai Rp 350 ribu. Selama ini jenis batik yang sering diproduksi adalah jenis batik dengan harga sekitar Rp 90 ribu sampai Rp 120 ribu.
Menyinggung masalah pemasaran, selama ini baru bisa mencukupi pasar lokal yang sebagian besar merupakan pesanan. Bagi seorang Mirah, dunia perbatikan semula hanyalah sebatas hobi saja, tetapi sekarang telah menjadi hoki, lumayan buat menutup kebutuhan keluarga meski masih dalam skala kecil, katanya
Menurut Mirah, trend batik di tanah air yang terjadi saat ini benar-benar memberikan dampak positif bagi para pengrajin batik di Gumelem. Tidak mengherankan jika para pengrajin menginginkan hal itu akan berlangsung lebih lama, sehingga kegiatan membatik benar-benar dapat dijadikan sebagai sumber mata pencaharian khususnya bagi kaum ibu.
Sementara itu, bagi Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, batik tulis nampaknya dijadikan sebagai barang kerajinan peninggalan budaya adiluhung yang perlu di lestarikan. Oleh karena itu pemerintah lewat Dekranasda setempat sejak tahun 2003 telah mengadakan berbagai kegiatan, seperti pelatihan, pemberian bantuan peralatan dan permodalan, lomba design dan busana batik serta mengadakan gelar batik Banjarngara di tingkat Propinsi Jawa Tengah.

mari kita sebagai generasi muda,bersama-sama mempopulerkan batik kembali, agar anak anak kita dan cucu cucu kita nanti mengetahui BATIK bukan hanya sebagai sejarah namun juga bisa mengenakan nya.. terimakasih.... Sumber: Warga Desa Gumelem Kulon, Gumelem Wetan & Penarusan, Susukan Banjarnegara

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Rosyid A | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review
Chrome Pointer