Senin, 18 Juni 2012

Black Metal Dan Satanism

Akhir-akhir ini saya sering berpikir mengenai Black Metal dan Satanisme. Saya teringat sebuah posting di milis Indogrindsick yang menanyakan bagaimana caranya menjadi anggota gereja setan, gimana caranya mendapatkan buku Satanic Bibble, dsb. Saya juga teringat dengan fellow local scenester of mine yang mengirim surat ke salah satu distro di Jakarta dan meminta info seputar scene underground lokal, dan jawaban dari distro tersebut cukup mengejutkan. Di surat tersebut si pemilik distro (entah siapa) mengatakan bahwa Punk, Hardcore dan Black Metal sebaiknya enyah dari bumi Indonesia.

Saya tidak akan menanggapi komentarnya mengenai punk dan hardcore, karena saya memang tidak peduli. Yang menarik adalah komentarnya mengenai Black Metal. Ia mengatakan bahwa band-band Black Metal Indonesia itu seperti Srimulat, seperti pelawak. Saya tidak ingat penjelasannya mengenai hubungan band Black Metal lokal ini dengan srimulat. Yang jelas alasan ketidaksukaannya terhadap band Black Metal lokal karena band lokal kita, tidak seperti band luar, beraninya menghina agama orang lain bukannya agama sendiri.

Dari tulisan tersebut saya mengambil kesimpulan bahwa band Black Metal lokal kita, jika ingin hebat dan diakui seperti band Black Metal luar harus berani menghujat dan mencerca agamanya sendiri, dalam hal ini Islam yang merupakan agama dengan penganut terbesar di Indonesia....Kedengaran bodoh ya?

Ini yang membuat saya terusik, apakah memang menghujat agama sendiri itu merupakan suatu keharusan dalam Black Metal? Trus alasannya apa? Dengan pertanyaan ini didalam kepala, saya mencoba mencari jawaban ....dengan browsing di internet tentu saja. Dan dengan berkunjung ke beberapa situs dan membaca beberapa artikel dan interview, akhirnya saya punya kesimpulan seperti ini: Satanisme dalam Black Metal menurut saya terbagi dua, sekedar gimmick (image yang dibentuk hanya untuk keperluan publisitas) dan way of life. Contoh Black Metal yang sekedar gimmick adalah Venom, Bathory dan tentu saja Cradle of Filth dan juga hampir semua band Black Metal diluar wilayah Norwegia. Mengenai band-band Norwegia ini, orang-orang Inggris dulu sering menertawakan mereka karena mereka (Band Norwegia) justru lebih serius dalam menanggapi Venom. Menanggapi ledekan dari orang-orang Inggris ini, para pengikut Black Metal di Norwegia mengancam akan menyerang band-band Inggris yang melakukan tur di Norwegia, seperti yang akhirnya dialami oleh Paradise Lost.

Satanisme sebagai way of life dalam Black Metal dipelopori oleh band-band Norwegia seperti Mayhem, Burzum dan Darkthrone di akhir 80-an dan awal 90-an. Dengan Oystein Aarseth (alias Euronymous, gitaris Mayhem) sebagai orang nomor satu dan Varg Vikernes (alias Count Grishnackh, Burzum) sebagai tangan kanannya, Inner Circle dengan kedua belas anggotanya termasuk Ihsahn, Samoth dan Faust (Emperor) dan Fenriz (Darkthrone) memimpin komunitas Black Metal Norwegia. Inner circle inilah yang menentukan arah pergerakan Black Metal di Norwegia, mereka lah yang menyusun rencana yang nantinya akan dilaksanakan oleh mereka yang berada di Outer Circle. Dan terbakarlah sekitar 14 gereja sejak 1992 dan beberapa penyerangan terhadap band-band metal yang tidak sepaham dengan mereka.

Tokoh paling populer dalam pergerakan Black Metal Norwegia ini tentu saja adalah Kristian Vikernes yang kemudian berganti nama (kalian tentu tahu alasannya) menjadi Varg Vikernes yang kemudian lebih dikenal sebagai Count Grishnackh, motor dari Burzum. Varg tercatat telah membakar setidaknya 4 gereja dan untuk itu telah beberapa kali ditahan oleh polisi dan wajahnya menghiasi halaman beberapa media setempat. Namun berkat pengaruhnya dalam komunitas Black Metal tak seorang pun yang berani buka mulut dan akhirnya dia kembali bebas karena polisi tak memiliki bukti apa-apa. Varg kemudian ditangkap karena terbukti membunuh Oystein Aarseth alias Euronymous pada pagi hari 10 Agustus 1993 dengan 23 tikaman dipunggung dan lehernya. Varg akhirnya dihukum 21 tahun penjara atas tuduhan pencurian dan pemilikan 125 kg Dinamit dan 26 kg Glynite, pembakaran 4 gereja, perampokan, dan pembunuhan tingkat satu.

Hal yang paling menarik perhatian saya adalah filosofi dari pergerakan Black Metal Norwegia ini, alasan kebencian mereka terhadap Kristen sama sekali tidak seperti yang saya bayangkan selama ini. Satanis dalam konteks mereka berbeda dengan Anton LaVey dan Crowley. Mereka melawan Kristen dengan tujuan untuk mengusir mereka dari Norwegia dan mengembalikan kembali budaya Pagan kuno dan kebangkitan budaya-budaya Viking kuno seperti misalnya pertumpahan darah dan membunuh untuk pembalasan dendam. Mereka sangat membenci Kristen yang begitu mengagung-agungkan kelemahan dan atas simpati mereka kepada mereka yang lemah dan membutuhkan pertolongan. Oleh karena itulah Inner Circle menggagaskan ide untuk membakar simbol kebanggaan Kristen di Norwegia, gereja-gereja kuno indah yang terbuat dari kayu. Mereka berharap orang-orang Norwegia segera tersadar bahwa mereka tetap merupakan anak-anak Odin (dewa bangsa Viking).

Dan berikut ini beberapa tanggapan Count Grishnackh seputar beberapa issu penting. Alasan saya memilih dia sebagai referensi karena dia merupakan orang nomor 2 dalam elite Black Metal Norwegia, dan juga Euronymous sendiri jarang memberikan komentar, apalagi dia memang sudah nggak bisa ngomong lagi.
Pandangan Count Grishnackh mengenai Anton LaVey, Crowley dan "US Church of Satan" (ini merupakan tanggapannya mengenai tuduhan dari seorang polisi yang mengatakan bahwa Count Grishnakh membaca buku-buku Anton Lavey dan Crowley, seperti ditulis didalam buku Lord of Chaos)

    Tentu saja saya pernah membaca sebuah buku 20 halaman tulisan Crowley dan menyadari bahwa buku itu konyol, dan tanpa makna, tapi saya tidak pernah membaca sebaris kalimatpun tulisan LaVey, dan saya tidak merasa pernah membaca bukunya, atau buku yang lain dari Crowley. Saya memang berlangganan THE BURNING FLAME beberapa tahun yang lalu, tapi hanya untuk dua edisi - dan keduanya saya anggap membuang-buang waktu (dan sejauh yang saya tahu tidak ada artikel tulisan LaVey, disitu. Jika pun ada saya tidak menyadarinya.)

    Intinya adalah saya tidak suka dengan tuduhan tolol dan tidak berdasar seperti itu. Kenyataannya saya selalu menentang gereja setan Amerika plastik ini. Ini berdasarkan pengetahuan saya mengenai pengikut Crowley dan LaVey di Norwegia dan Swedia - yang bagi saya nampak persis seperti segala hal yang saya benci. Saya telah lama diperingatkan untuk menentang satanisme plastik rendahan ini sejak 1991, dan sejujurnya saya kaget dengan kenyataan bahwa tidak polisi ataupun pengarangnya (buku Lord of Chaos) menyadari hal ini.

Pandangan Count Grishnackh mengenai Islam

    Islam merupakan rival dari agama Kristen, jadi menurut saya biarkan lah mereka saling menghancurkan satu sama lain. Jika salah satu dari mereka menang, kami akan bergabung dengan pihak yang lebih lemah, kemudian akan KAMI basmi begitu kami menjadi yang terkuat. Saat ini Kristen merupakan pihak yang terkuat, jadi kita tidak seharusnya menyerang Islam, sebaliknya kita harus bergabung dengan mereka dan bersama-sama melawan Kristen dan Yahudi. Selain itu, Islam lebih dekat dengan filosofi hidup kami dibanding Kristen, terlebih lagi mereka menghormati mereka yang gugur dimedan perang, mereka memiliki sense of honour dan tentu saja pandangan mereka mengenai perempuan lebih baik dibandingkan dengan Kristen. Lebih baik 'Allah hu Akbar' dipagi hari tujuh hari seminggu, dibanding bunyi lonceng gereja setiap minggu.

    Sebenarnya tidak perlu lagi disebutkan, bahwa tak satupun agama asing dapat diterima di Eropa KAMI, baik itu Islam, Yahudi, atau Kristen dan segala bentuknya.

Sekarang yang menjadi pertanyaan saya adalah, band-band lokal kita satanis jenis yang mana? Apakah satanis "gimmick" atau satanis "way of life". Dan jika memang mereka memilih untuk menjadikan Satanism sebagai way of life, alasannya apa? Seorang Count Grishnackh saja memiliki pandangan yang positif mengenai Islam. Satu-satunya alasan ketidaksukaannya terhadap Islam adalah karena ia seorang rasis dan fasis dan ia menentang segala hal yang non Norway-Gemanic. Dan kemudian jika kalian memilih menjadi satanis dan mejadikan LaVey dan Crowley sebagai acuan, atas dasar apa? Lagi-lagi saya sebutkan, seorang Count Grishnackh sendiri menganggapnya sebagai konyol dan sampah.

Satanism dalam Metal dan khususnya Black Metal sejak awalnya memang hanya sekedar gimmick dan sebaiknya tetap seperti itu, Venom dulu menyebut diri mereka sebagai komponen musikal dari industri hiburan horror dan mereka berperan sebagai Satans's Cheerleader, tetapi sesuatu terjadi ketika Black Metal menyeberangi laut utara dan sampai di Norwegia.........(takur)

Sumber : http://sadnesswarrior.multiply.com

Sabtu, 16 Juni 2012

Indahnya Berbagi

Bahagia tidak selalu karena memperoleh sesuatu. Entah barang yang sudah lama kita idam-idamkan atau keinginan yang terpendam terpenuhi. Bahagia bisa juga karena dari memberi. Seperti cerita seorang teman yang bahagia meski ia kehilangan sesuatu. Saat meng-gowes ia berpapasan dengan seorang pemuda biasa yang bersepeda juga. Sepeda pemuda itu begitu biasa, teramat biasa dibandingkan sepeda teman saya tadi. Awalnya hanya berbasa-basi sampai akhirnya pemuda tadi bertanya di mana bisa membeli lampu kelap-kelip yang teramat bagus di matanya itu.

Teman saya sungkan menjawab sebab pasti pemuda tadi akan terkejut. Dengan sedikit berbohong bahwa ia masih memiliki satu lampu seperti itu, ia pun memberikan lampu tadi ke pemuda tadi. Ia merasa senang melihat pemuda tadi mukanya cerah. Teman saya tadi bilang bahwa bisa jadi dulu mukanya begitu sewaktu ibunya membelikan mainan yang ia idam-idamkan. Dengan memberi, teman saya tadi merasa bahagia.

Saya pun merasakan hal yang sama. Hanya saja kali ini saya memberi sesuatu barang yang tidak saya beli. Saya dikasih dan barang itu saya kasih ke teman. Saya sebenarnya berharap sekali memperoleh barang itu, tapi melihat teman saya berkeinginan untuk menjajal bersepeda, ya apa salahnya saya ikut mendukungnya.

Dalam sebuah seminar motivasi, seorang pembicara mengungkapkan kekuatan memberi. Orang yang memberi akan memperoleh imbalan yang berlipat. Entahlah, apakah teman saya tadi berharap imbalan. Saya sendiri yakin ia tidak pernah berharap imbalan. Ia pernah berujar bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Dan kita bukanlah gudang yang mampu menampung semua barang "keinginan". Ia mengibaratkan dirinya sebagai saluran. Dan kebahagiaan saluran adalah jika apa yang lewat dari dirinya mengalir dengan lancar dan sampai di tujuan.

Banyak cerita soal memberi ini yang pada akhirnya membuktikan adanya kekuatan memberi, The Power of Giving. Kalau dikaitkan dengan hukum alam, ya "Giving and Receiving". Karena memberi di satu pihak berarti menerima di pihak lain. Dua hal itu adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Teman saya tadi bahagia karena telah memberi kebahagiaan seorang pemuda (yang menerima pemberian lampu). Bisa saja pemuda tadi sudah lama menginginkan lampu kelap-kelip di belakang demi keselamatannya. Kekuatan memberi (dan menerima) ini demikian dahsyat karena merupakan esensi dari alam semesta itu sendiri. Tidak berlebihan jika Deepak Chopra dalam "7 Spiritual Law of Success" mencantumkan "Law of Giving" sebagai hukum kedua untuk sukses. Alam semesta berjalan menurut sirkulasi memberi dan menerima.

Dalam seluruh fenomena alam, berjalan hukum memberi dan menerima. Manusia menghirup oksigen, dan menghembuskan karbon-dioksida, sementara tanaman menggunakan karbon-dioksida dalam proses fotosintesa dan membebaskan oksigen. Proses memberi dan menerima, membuat segala sesuatu di alam semesta ini berjalan, mengalir. Orang-orang zaman dahulu rupanya sangat memahami hal ini. Misalnya uang, alat tukar, dalam bahasa Inggris disebut currency, yang akar katanya adalah bahasa Latin currere yang artinya mengalir.

Sumber : www.pondokbaca.com

Kamis, 07 Juni 2012

Waktu


Alkisah ada seorang wanita yang hidup di sebuah desa terpencil, dia ingin pergi kerja ke kota agar dia bisa mengoprasi wajahnya. Kemudian dia mengutarakan keinginannya untuk kerja di kota kepada kedua orang tuanya, tapi keinginannya tersebut di tolak oleh kedua orang tuanya. Mendengar kata kedua orang tuanya yang menolak keinginannya dia pun menangis, tapi tak berapa lama kemudian ibunya datang menghampiri dia. Dan tiba-tiba ibunya bilang “Kamu boleh pergi ke kota nak”.
Mendengar perkataan ibunya dia pun tersenyum. Dan pagi harinya dia bersiap-siap untuk pergi ke kota. Di tengah perjalanan yang lama dan melelahkan dia istirahat di sebuah rumah, dan dia pun membayangkan, ” andai ku bisa membangun rumah mewah dan dapat mengoprasi wajah ku yang biasa menjadi luar biasa ini.” Tiba-tiba di tengah-tengah lamunannya datang seorang nenek tua menghampirinya, dan bertanya “kenapa nak kamu tersenyum sendiri?”
“Saya sedang membayangkan andaikan saja ku bisa sukses di kota dan dapat mengoprasi wajahku ini”, kata dia. Dan nenek itu mengeluarkan jam kecil dari kantongnya, kemudian nenek itu berkata “Kamu tinggal putar jam itu sesuai dengan putaran jarum jam, bila kamu ingin segera meraih cita-citamu”.
“Baik nek”, kata wanita tadi.
Kemudian tak berapa lama dia memutar jam tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan nenek tadi. Dan tiba-tiba dia bisa bekerja di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Tapi dia tak puas dengan lamanya waktu yang di perlukan agar bisa mengoprasi wajahnya.
Kemudian dia kembali memutar jam tersebut, dan wajahnya pun menjadi cantik. Lagi-lagi dia kurang puas dengan wajahnya, dan kembali dia memutar jam kecil pemberian nenek-nenek yang pernah dia temui sekali lagi. Tapi setelah memutar jamnya dia mendapati wajahnya yang semula cantik jelita menjadi tua dan keriput. Dan dia menyesal dengan keadaan dia sekarang. Kemudian dia kembali menemui nenek-nenek yang memberi dia jam di tempat di mana dia bertemu. Tapi dia tak melihat nenek tersebut karena nenek itu telah lama meninggal. Dia pun hanya bisa menyesal dan menangisi nasibnya.
Teman-teman ku apa pesan yang dapat kita ambil dari kejadian wanita tadi?
  1. Jadilah diri sendiri karena hanya dengan menjadi diri sendiri kita akan menjadi pribadi yang hidup dengan penuh rasa bahagia, damai, dan mulia.
  2. Raihlah cita-cita dengan penuh pengorbanan, kegigihan, dan kedisiplinan waktu untuk belajar.
  3. Kesuksesan bukan datang dari nasib dan keberuntungan, tapi datang dari kerja keras, ketidak putus asaan dan keyakinan.
Semoga bermanfaat

Sumber: http://www.resensi.net

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Rosyid A | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review
Chrome Pointer